BERITA

Chip akan Gantikan Minyak Tentukan Tatanan Politik Global

Jakarta, CNN Indonesia -- 

CEO Intel, Pat Gelsinger menyebut chip akan menggantikan minyak sebagai komoditas penentu kondisi geopolitik global dalam lima tahun ke depan. 

Gelsinger mengatakan "cadangan minyak telah menentukan kondisi geopolitik global selama lima dekade terakhir. Akan tetapi, kondisi dunia yang mengedepankan teknologi membuat chip menjadi komoditas penting.

"Di mana rantai pasokan teknologi berada, dan di mana semikonduktor dibangun, lebih penting untuk 5 dekade ke depan," ujar Gelsinger dalam sebuah wawancara dengan CNN di World Economic Forum di Davos, Swiss.

Gelsinger juga mengatakan investasi perusahaan dalam fasilitas manufaktur baru di Amerika Serikat (AS), Eropa, dan di tempat lain penting tidak hanya untuk masa depan perusahaan, tetapi juga untuk "globalisasi sumber daya paling penting bagi masa depan dunia."

"Kami membutuhkan rantai pasokan yang seimbang dan tangguh secara geografis ini," katanya.

Pada tahun lalu, Intel (INTC) mengatakan pihaknya akan menginvestasikan US$20 miliar atau sekitar Rp300 triliun untuk membangun dua fasilitas pembuatan chip AS yang baru dan hingga US$90 miliar atau sekitar Rp1.350 triliun di pabrik-pabrik baru di Eropa.

Investasi ini bertujuan untuk menegaskan kembali posisinya sebagai pemimpin industri semikonduktor.

Pengumuman tersebut juga muncul di tengah kekhawatiran tentang konsentrasi manufaktur chip di Asia, khususnya China dan Taiwan, selama pandemi Covid-19 dan ketika ketegangan geopolitik meningkat.

Masalah dalam rantai pasokan chip dalam beberapa tahun terakhir telah menyebabkan kekurangan dan keterlambatan pengiriman segala hal mulai dari komputer desktop dan iPhone hingga mobil.

"Jika kami telah belajar satu hal dari krisis Covid dan perjalanan bertahun-tahun yang telah kami lalui, kami membutuhkan ketahanan dalam rantai pasokan kami," kata Gelsinger.

Selain itu, Gelsinger menyatakan bahwa investasi manufaktur Intel ditujukan untuk "meratakan lapangan permainan itu. sehingga keputusan investasi yang baik dapat dibuat."

Lebih lanjut, Undang-undang AS yang disahkan tahun lalu untuk meningkatkan pembuatan chip dalam negeri diharapkan akan membantu industri teknologi Negeri Paman Sam.

Pasalnya, CHIPS dan Science Act akan menginvestasikan lebih dari US$200 miliar atau Rp3.000 triliun untuk membantu perusahaan mengembangkan pembuatan dan penelitian chip domestik AS.

Kini Intel dan pembuat chip lainnya di AS tengah menunggu dana dari undang-undang tersebut direalisasikan. "Kami berharap kami akan melihatnya tahun ini," kata Gelsinger tentang dana CHIPS Act.

"Saya sedang berinvestasi, tolong tunjukkan uangnya. Karena kami berasumsi bahwa mereka akan membantu kami melakukan investasi besar-besaran ini," pungkasnya.

Chip menjadi salah satu topik krusial saat perseteruan China dan Taiwan tahun lalu. Pasalnya, Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) masih menjadi pabrik chip terbesar di dunia.

Amerika Serikat (AS) pun khawatir China akan mengambil alih perusahaan tersebut dan memonopoli perdagangan chip dunia. "Jika China mengambil Taiwan dan mengambil perusahaan tersebut, yang saya kira tidak akan kiat biarkan, mereka akan memonopoli perdagangan chip sama seperti OPEC memonopoli minyak," kata mantan US National Security Advisor Ambassador, Robert O'Brien seperti dikutip Army Technology. 

Dikutip BBC, TSMC sendiri pada Desember lalu telah memutuskan berinvestasi di AS senilai US$40 miliar. TSMC juga telah membuka pabrik pembuatan chip di Arizona, yang peresmiannya dihadiri Presiden AS, Joe Biden.

Sumber : cnnindonesia.com

Back

Terus ikuti update terbaru dari Mas Kargo