NEWS

Ada Ancaman Resesi, Bisnis Logistik Diyakini Tetap Berseri

Bisnis.com, JAKARTA - Isu ancaman resesi global pada tahun depan telah membuat sejumlah sektor ekonomi gonjang-ganjing. Bisnis logistik juga menjadi sorotan karena berkaitan dengan arus distribusi lintas negara.

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi memprediksi resesi tersebut bakal mengusik bisnis sektor logistik dan menghambat laju perekonomian pada 2023.

"Ini akan berpengaruh pada turunnya arus distribusi barang dan jasa. Langkah antisipasi perlu dilakukan untuk menghadapi berbagai kemungkinan di tahun depan, salah satunya dengan menetapkan regulasi yang mendukung logistik," ujar Budi Karya secara virtual pada Bisnis Indonesia Logistics Forum & Awards 2022, Selasa (8/11/2022). 

Bisnis logistik masih terkendala dengan struktur biaya (logistic cost) yang dinilai masih tinggi. Namun, Kemenhub sebagai regulator berupaya untuk memangkas kendala tersebut dengan melakukan sejumlah program.

Program yang dimaksud antara lain Tol Laut, moda angkutan perintis, hingga jembatan udara. Upaya tersebut diklaim ampuh untuk mendukung distribusi barang dan jasa serta menurunkan disparitas harga antara wilayah Barat dan Timur.

Selain itu, belajar dari pandemi Covid-19, regulasi dari Kemenhub yang tidak membatasi pergerakan angkutan barang membuat sektor logistik nasional berbasis transportasi dan pergudangan masih mampu bertumbuh 3,24 persen secara tahunan (yoy) dengan PDB harga berlaku mencapai Rp719,63 triliun pada 2021. 

Kemenhub berupaya memastikan pelayaran transportasi dan logistik terus berjalan untuk menopang berbagai komoditas mulai dari energi, pangan, dan kegiatan berbagai sektor. Optimisme dan kerja sama dalam menghadapi masa resesi sangat penting.

Belum lama ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa perekonomian Indonesia pada kuartal III/2022 tumbuh 5,72 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy) dibandingkan dengan kuartal III/2021.

Berdasarkan lapangan usahanya, sektor transportasi dan pergudangan pada kuartal III/2022 tumbuh hingga 25,81 persen dibandingkan dengan kuartal III/2021. Distribusinya terhadap PDB nasional mencapai 5,01 persen atau terbesar keenam.

Sejurus dengan itu, PT Jalur Nugraha Express (JNE) optimistis bisnis logistik tetap tumbuh di tengah tantangan resesi global pada 2023 dengan tingkat konsumsi yang terus berjalan.

Presiden Direktur JNE Express M. Feriadi menjelaskan bisnis logistik saat ini baru sepenuhnya bangkit setelah dua tahun lebih didera pandemi. Dia meyakini sektor logistik memegang peranan penting dalam mendorong ekonomi yang lebih maju dan lebih baik ke depan.

"Harapan ini juga yang saya rasa menjadi harapan semua stakeholder. Pasalnya dengan majunya logistik, bangkitnya ekonomi akan baik untuk kejayan bangsa," kata Feriadi.

Dia menilai dalam kondisi saat ini, secara total volume pengiriman di bisnis logistik tak banyak bergerak. Menurutnya, perang Rusia-Ukraina, serta naiknya suku bunga the Fed akan berpengaruh terhadap ekonomi global.

Kondisi tersebut tentunya akan memberikan tekanan dari sisi produksi yang turut berimbas terhadap distribusi. Meski demikian, kondisi tersebut akan pulih kembali selama masyarakat masih didorong untuk berbelanja.

"Ekonomi kita terus bangkit. Jangan lupa agar masyarakat berbelanja. Dengan berbelanja ekonomi kita akan tetap tumbuh dan berkembang," ujarnya.

Dia mengaku belum bisa memprediksikan secara spesifik dampak resesi global pada 2023 terhadap industri logistik. Namun, JNE akan konsisten melakukan perubahan model dan proses bisnis.

Sementara itu, dari sisi kinerja pelayaran, Indonesia National Shipowners' Association (INSA) tidak melihat ancaman resesi sebagai hambatan utama.

Ketua Umum DPP INSA Carmelita Hartoto menuturkan kinerja pelayaran bakal menjadi salah satu tulang punggung dalam sektor logistik pada tahun depan.

Saat ini, kinerja pelayaran baik domestik maupun mancanegara berjalan dengan baik. Bahkan diprediksi kinerja pelayaran domestik akan lebih baik dibandingkan internasional pada tahun depan.

"Kalau ada resesi, angkutan luar negeri mulai menipis, tapi, selama domestik cukup baik serta daya saing maupun daya beli cukup baik, maka tidak akan bermasalah," kata Carmelita.

Dari segi angkutan kontainer, dia memprediksi adanya penurunan kargo pada kegiatan pengangkutan mancanegara. Sementara itu, kegiatan kargo domestik masih akan tumbuh seiring dengan kinerja perekonomian nasional.

Pada sisi komoditas yang diangkut, Carmelita menyebut pengangkutan batu bara akan tetap memiliki kinerja yang baik sejalan dengan permintaan impor tinggi dari sejumlah pasar utama yakni China.

"Sementara untuk offshore, ada juga saya lihat perubahan maupun kemajuan akan tetapi tidak signifikan. Untuk tanker sendiri lebih baik dari offshore, karena sampai saat ini belum ada sumur-sumur yang dibangun lebih banyak," ujarnya.

Terkait harga minyak, Carmelita mengungkapkan bahwa INSA juga akan terus memantau pergerakan harga sejalan dengan naik-turunnya kebijakan harga komoditas tersebut. Seperti diketahui, naik-turun harga minyak bakal berpengaruh pada biaya freight.

Pada akhirnya, risiko global seperti Covid-19, resesi ekonomi dunia dan perang Rusia-Ukraina akan menjadi ancaman bagi seluruh sektor industri termasuk pelayaran. Hal itu termasuk penaikan biaya logistik.

"Tentunya ada pengaruh. Dengan freight tapi bukan kita saja. Kita tidak boleh pesimistis, tapi harus tetap hati-hati," ujarnya.

Bisnis logistik bisa dibilang memiliki resiliensi yang tinggi terhadap sejumlah tantangan ekonomi. Apabila selama 2 tahun ini mereka mampu melibas hambatan pandemi Covid-19, bukan tidak mungkin ancaman resesi hanya menjadi batu pijakan untuk bisa tumbuh lebih tinggi pada tahun depan.

Sumber : bisnis.com

Back

Continue to follow the latest updates from Mas Kargo